Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Li-fi, Wi-fi dengan Kecepatan Cahaya

Li-Fi lahir dari sebuah percobaan yang dilakukan oleh Oxford University dan University College, di mana mereka mencoba "cahaya" sebagai medium pengantar data di kabel serat optik diambil, diperkuat, lantas dipancarkan ke komputer secara nirkabel sehingga dapat serupa dengan jaringan Wi-Fi.

Dari hasil percobaan itu, Li-Fi telah berhasil mencatat transfer data dengan kecepatan mencapai 100 Gbps, berkali-kali lipat lebih kencang dibandingkan standar Wi-Fi tercepat saat ini (802.11ac) yang mentok hanya di angka kurang lebih 7 Gbps.

Li-Fi yang mampu mencapai kecepatan berkali-kali lipat dari Wi-Fi dikarenankan lampu jenis LED ang merupakan semikonduktor memiliki sifat berbeda dengan jenis lampu yang lain. Lampu LED ini dapat beralih dalam waktu nanodetik atau miliar detik dari posisi on ke posisi off.


Nanodetik ini jika dikonversikan dalam kecepatan data setara dengan 1 Gbits/s. Maka dari itu saat Wi-Fi hanya bisa mencapai 100 Mbits/s kecepatan data, maka ini artinya Li-Fi memiliki kecepatan 10 kali lebih cepat dari Wi-Fi.

Li-fi menggunakan alat yang dinamakan Li-Flame Ceiling Unit untuk memancarkan sinyal dan sebagai alat penerimanya adalah Li-Flame Desktop Unit yang disambungkan ke komputer atau notebook via koneksi USB. Setidaknya kita memerlukan 3 alat tambahan untuk bisa menggunakan teknologi Li-Fi yaitu lampu LED, photo detector dan koneksi internet. Memang selain kelebihan di atas, ada kelemahan lain dari teknologi Li-Fi ini. Dengan memanfaatkan lampu LED sebagai alat pemancar sinyalnya membuat titik jangkauannya terbatas yaitu yang memiliki pandangan langsung dengan LED pemancar tanpa penghalang apapun. Selain itu kita juga masih direpotkan dengan beberapa perangkat tambahan diatas agar bisa mengakses Li-Fi. Akan tetapi kita tunggu saja bagaimana teknologi Li-Fi akan berevolusi akankah ia mampu mengatasi batasan-batasan tersebut di masa depan.

Ahmad Ra'id

Post a Comment for "Li-fi, Wi-fi dengan Kecepatan Cahaya"