UN 2016 – Nilai Tambahan Berupa Nilai Integritas Kejujuran
Ujian Nasional merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka evaluasi. Tentu saja evaluasi dilakukan untuk banyak arah, tak hanya evaluasi pada siswa, namun pada segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran dalam suatu instansi pendidikan. Nilai dari Ujian Nasional nantinya akan menjadi sebuah tolak ukur bagi seluruh aspek yang berkenaan dengan hal pembelajaran. Nilai yang selama ini menjadi patokan utama yaitu nilai dari aspek kognitif siswa. Sehingga siswa tentu akan melakukan banyak hal dalam mencapai standar kelulusan pada ujian nasional-nya. Mulai dari lebih serius di kelas, mengikuti bimbingan belajar (bimbel, les, privat), dan lain-lain. Bahkan tak banyak yang memulainya dengan keseriusan dan kejujuran.
Selama ini, penilaian dari ujian nasional hanya diukur dari kemampuan siswa dalam menguasai serta menjawab berbagai pertanyaan yang sudah dipelajarinya. Sebagai pengamat pendidikan, seharusnya kita menyadari, bahwa ada beberapa aspek yang tak boleh dilupakan dalam suatu pembelajaran. Tak hanya berhenti pada aspek kognitif saja, namun dikembangkan dengan aspek afektif dan psikomotor. Setiap siswa tentu memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Lagi-lagi ini merupakan tugas seorang guru yang harus membentuk ketiga aspek tersebut. Siswa seharusnya juga menyadari betapa mereka sangat dibutuhkan sebagai pelaku utama dalam “agent of change”.
Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini yaitu krisis moral. Sebut saja “kejujuran” merupakan penyebab dari sebutan krisis moral tersebut. Terkikisnya nilai kejujuran tak hanya disebabkan dari siswa yang “kepepet”, namun juga karena kurang berhasilnya dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik merupakan proses belajar yang bermakna dan berkesan. Sehingga siswa tak akan kesulitan dalam memahami dan siswa tak akan cepat lupa pada materi yang telah diberikan. Selama ini yang kita ketahui hanyalah sebatas nilai berupa angka yang nampak pada setiap materi yang diujikan. Padahal masih ada beberapa nilai yang tak boleh dilupakan dan sangat penting bagi setiap diri generasi muda. Nilai itu merupakan nilai kejujuran.
Nilai kejujuran merupakan nilai yang seharusnya tercermin pada setiap jiwa. Namun, sepertinya nilai ini tidak terlalu menjadi perhatian belakangan ini. Seperti yang kita ketahui, lawan dari jujur yaitu bohong. Lihat saja yang telah terjadi saat ini. Banyak siswa yang mulai pintar. Pintar dalam menutupi apa yang ada dalam diri mereka. Padahal jika menciptakan suatu kebohongan satu kali, maka seseorang pasti akan mencari kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan itu. Mau menjadi apa jika hal tersebut diteruskan?! Koruptor awalnya juga hanya menyembunyikan satu kebohongan kecil. Akhirnya mereka menikmati zona tersebut dan terlena. Hingga akhirnya apa yang diperbuat tak terasa sudah menggunung. Akhirnya tertangkaplah sudah dan merugi.
Sepertinya pihak pemerintah tidak ingin hal tersebut berkelanjutan. Sehingga ada beberapa kebijakan baru dari Kementerian Kebuadayaan dan Pendidikan mengenai konsep UN 2016. Seakan tak ingin kehilangan martabat dan harga diri bangsa. Kemendikbud mengubah konsep Ujian Nasional 2016 dengan menambahkan nilai indeks integritas agar terbentuk jati diri yang baik dan generasi yang menjunjung tinggi nilai kejujuran.
Tentu banyak yang mendukung program baru pemerintah tersebut. Banyak pula sekolah yang sudah mulai menerapkan nilai kejujuran itu, contohnya yaitu ketika ulangan harian, atau sekedar mengerjakan pekerjaan rumah. Generasi muda harus mulai menanamkan hal positif mulai sekarang. Terutama nilai spiritual keagamaan siswa lah yang akan mempengaruhi nilai lainnya yang ada pada siswa.
Ternyata masalah itu harus dipecahkan dengan banyak penanaman nilai moral pada siswa. Siswa harus memiliki sugesti positif tentang dirinya, sehingga siswa akan lebih percaya pada dirinya. Jangan membuat siswa menjadi down saat hampir menuju hari H. Siswa harus dimotivasi dengan banyak hal positif yang ada disekitarnya, sehingga siswa tak akan tegang, cemas, bahkan resah saat menjalani ujian nasional. Penguatan serta dukungan dari berbagai pihak tentu akan menumbuhkan sikap profesional seorang siswa. Tegaskan pada siswa bahwa yang terpenting adalah proses yang berkelanjutan, bukan hasil yang dibangga-banggakan.
Nilai ujian memang penting, namun nilai kejujuran lebih penting. Tanamkan nilai kejujuran pada siswa! Jangan sampai muncul koruptor-koruptor kecil di sekolah.
Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini yaitu krisis moral. Sebut saja “kejujuran” merupakan penyebab dari sebutan krisis moral tersebut. Terkikisnya nilai kejujuran tak hanya disebabkan dari siswa yang “kepepet”, namun juga karena kurang berhasilnya dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik merupakan proses belajar yang bermakna dan berkesan. Sehingga siswa tak akan kesulitan dalam memahami dan siswa tak akan cepat lupa pada materi yang telah diberikan. Selama ini yang kita ketahui hanyalah sebatas nilai berupa angka yang nampak pada setiap materi yang diujikan. Padahal masih ada beberapa nilai yang tak boleh dilupakan dan sangat penting bagi setiap diri generasi muda. Nilai itu merupakan nilai kejujuran.
Nilai kejujuran merupakan nilai yang seharusnya tercermin pada setiap jiwa. Namun, sepertinya nilai ini tidak terlalu menjadi perhatian belakangan ini. Seperti yang kita ketahui, lawan dari jujur yaitu bohong. Lihat saja yang telah terjadi saat ini. Banyak siswa yang mulai pintar. Pintar dalam menutupi apa yang ada dalam diri mereka. Padahal jika menciptakan suatu kebohongan satu kali, maka seseorang pasti akan mencari kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan itu. Mau menjadi apa jika hal tersebut diteruskan?! Koruptor awalnya juga hanya menyembunyikan satu kebohongan kecil. Akhirnya mereka menikmati zona tersebut dan terlena. Hingga akhirnya apa yang diperbuat tak terasa sudah menggunung. Akhirnya tertangkaplah sudah dan merugi.
Sepertinya pihak pemerintah tidak ingin hal tersebut berkelanjutan. Sehingga ada beberapa kebijakan baru dari Kementerian Kebuadayaan dan Pendidikan mengenai konsep UN 2016. Seakan tak ingin kehilangan martabat dan harga diri bangsa. Kemendikbud mengubah konsep Ujian Nasional 2016 dengan menambahkan nilai indeks integritas agar terbentuk jati diri yang baik dan generasi yang menjunjung tinggi nilai kejujuran.
“Mulai dari sekarang, kami akan umumkan nilai indeks integritas kejujuran, untuk mendorong sekolah berintegritas sebagai supplier generasi muda”, jelas Mendikbud.
Tentu banyak yang mendukung program baru pemerintah tersebut. Banyak pula sekolah yang sudah mulai menerapkan nilai kejujuran itu, contohnya yaitu ketika ulangan harian, atau sekedar mengerjakan pekerjaan rumah. Generasi muda harus mulai menanamkan hal positif mulai sekarang. Terutama nilai spiritual keagamaan siswa lah yang akan mempengaruhi nilai lainnya yang ada pada siswa.
Ternyata masalah itu harus dipecahkan dengan banyak penanaman nilai moral pada siswa. Siswa harus memiliki sugesti positif tentang dirinya, sehingga siswa akan lebih percaya pada dirinya. Jangan membuat siswa menjadi down saat hampir menuju hari H. Siswa harus dimotivasi dengan banyak hal positif yang ada disekitarnya, sehingga siswa tak akan tegang, cemas, bahkan resah saat menjalani ujian nasional. Penguatan serta dukungan dari berbagai pihak tentu akan menumbuhkan sikap profesional seorang siswa. Tegaskan pada siswa bahwa yang terpenting adalah proses yang berkelanjutan, bukan hasil yang dibangga-banggakan.
Nilai ujian memang penting, namun nilai kejujuran lebih penting. Tanamkan nilai kejujuran pada siswa! Jangan sampai muncul koruptor-koruptor kecil di sekolah.
(Rizka Hidayah)
Post a Comment for "UN 2016 – Nilai Tambahan Berupa Nilai Integritas Kejujuran"
Post a Comment