Dehumanisasi dan Dampak Perkembangan Teknologi
Seberapa seringkah Anda menggunakan atau mengakses gawai Anda dalam sehari?
Pertanyaan di atas sangat relevan diajukan kepada setiap kita yang memiliki gawai atau gagdet, apalagi dengan berbagai fitur dan aplikasi canggih yang menyertainya. Keberadaan gawai di satu sisi memang memudahkan berbagai macam pekerjaan manusia. Dari urusan belanja, membaca berita, bersosialisasi, bahkan sekedar cara merias diri pun kini bisa diakses hanya dengan sebuah gawai yang digenggam di tangan.
Telepon pintar menawarkan berbagai macam aplikasi yang membuat penggunanya nyaman mengakses gawainya hingga berjam-jam. Berbagai iklan juga turut mendorong seseorang untuk memiliki aplikasi tertentu di gawainya, bahkan meskipun aplikasi itu tidak begitu dibutuhkannya.
Pertanyaan di atas sangat relevan diajukan kepada setiap kita yang memiliki gawai atau gagdet, apalagi dengan berbagai fitur dan aplikasi canggih yang menyertainya. Keberadaan gawai di satu sisi memang memudahkan berbagai macam pekerjaan manusia. Dari urusan belanja, membaca berita, bersosialisasi, bahkan sekedar cara merias diri pun kini bisa diakses hanya dengan sebuah gawai yang digenggam di tangan.
Telepon pintar menawarkan berbagai macam aplikasi yang membuat penggunanya nyaman mengakses gawainya hingga berjam-jam. Berbagai iklan juga turut mendorong seseorang untuk memiliki aplikasi tertentu di gawainya, bahkan meskipun aplikasi itu tidak begitu dibutuhkannya.
Di sisi lain, kecanggihan teknolologi informasi utamanya perangkat telepon genggam pintar atau Smartphone telah mendorong satu perubahan gaya hidup baru yang justru cenderung mengarah ke dehumanisasi. Teknologi justru menciptakan suatu peradaban baru dimana manusia yang berfitrah makluk individu dan makhluk sosial, kini kehadiran teknologi telah mendorong manusia untuk lebih individualis.
Seseorang asyik memainkan gawainya sementara di depannya ada kawan sedang mengajak bicara, seseorang enggan saling berkunjung karena saling sapa di media sosial sudah dianggap cukup, seseorang tidak lagi mempunyai kesantunan bahasa karena berekspresi di aplikasi perpesanan adalah sebuah kebebasan, seseorang terampil meracik strategi peperangan dalam sebuah game online sementara banyak pekerjaannya yang terabaikan. Itu adalah beberapa contoh nyata yang sudah sangat umum di depan mata kita sehari-hari. Betapa teknologi justru mengarahkan manusia untuk semakin tidak manusiawi.
Baca juga:
Teknologi; Memudahkan atau mempersulit
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan Indonesia
Kesadaran Tentang Pentingnya Belajar Teknologi
Perilaku-perilaku seperti ini mengindikasikan bahwa manusia yang terlalu terlenakan atau terninabobokan oleh kemajuan teknologi, tidak lagi dapat menguasai dirinya sendiri. Ia cenderung kalah oleh "bujuk rayu" untuk mengoperasikan teknologi. Ia bukan menguasai teknologi, tapi ia justru dikuasai oleh teknologi. Hal ini juga berarti bahwa seseorang tersebut berada di bawah kendali para konglomerasi dan kapitalisme global khususnya dalam bidang teknologi.
Satu kasta terendah dalam distribusi globalisasi teknologi adalah berada pada posisi user/ konsumen pasif, yaitu seseorang yang begitu tergila-gila untuk menikmati produk-produk teknologi guna memenuhi semua hajat hidupnya. Namun ia tidka pernah berfikir untuk membuat atau menciptakan produk teknologi yang berguna bagi kehidupan, dalam benaknya hanya berfikir untuk membeli dan menggunakan saja.
Teknologi adalah sebuah fakta globalisasi yang tak bisa ditolak dan tak terbantahkan. Namun tentunya jangan sampai teknologi justru menumbuhkan aspek-aspek human dignity dan human compassion dalam diri seseorang, yaitu sebuah kondisi dimana seseorang menggunakan atau memanfaatkan teknologi hanya karena gengsi atau hanya karena ingin sama dengan orang lain. Maka ia menggunakan teknologi bukan berdasarkan skala prioritas kebutuhan, namun sekedar upaya-upaya pemenuhan nalam konsumerisme.
Para ahli sosiologi berpendapat bahwa perkembangan teknologi telah melahirkan tripartit problem pokok bagi kemanusiaan. Pertama, teknologi telah melahirkan inequality (kesenjangan), yaitu problem konfliktual antara kelas-kelas sosial, seperti kasta tinggi dan kasta rendah, antara kaya dan miskin, antara yang berkuasa dan yang marginal. Kedua, teknologi telah memunculkan pertanyaan menyangkut cohesion, yakni apakah manusia yang makin otonom bisa membentuk komunitas dan merasa bertanggung jawab satu sama lain atau tidak. Ketiga, teknologi melahirkan problem rationalization, suatu pendekatan rasional terhadap penghimpunan pengetahuan, terhadap barang produksi, kontrol atas hidup industri dan sosial.
Pertama, persoalan kesenjangan nampak sekali dalam bidang industri, permasalah yang muncul dari dampak penggunaan teknologi telah nampak jelas. Banyak pekerjaan yang tadinya dikerjakan manusia kini telah digantikan oleh mesin. Hal ini berdampak langsung pada keberadaan fungsi manusia sebagai salah satu faktor produksi yang dominan. Merumahkan karyawan (PHK) adalah satu gejala yang nyata dari dampak pemakian besar-besaran mesin industri ini.
Dalam bidang sosial, permasalahan yang muncul dari dampak penggunaan teknologi adalah munculnya kelas-kelas masyarakat dalam beragam strata sosial. Kelas-kelas ini dipengaruhi oleh kesanggupan dan kemamuan mereka dalam mengakses dan mengkonsumsi teknologi. Permasalahan seperti ini rentan terhadap konflik horisontal.
Baca juga:
Teknologi dalam Pusaran Peradaban Manusia
Keterpaduan Teknologi dan Pendidikan; Sebuah Metamorfosa Menuju Kemajuan Bangsa
Tiga Alasan Mengapa Guru "Gaptek" Akan Diusir Siswanya Dari Kelas
Kedua, persoalan kohesifitas bisa dilihat pada timbulnya sifat otonom individu-individu. Sifat otonom individu ini mendorong sikap independen eksklusif dalam suatu komunitas. Maka pemaknaan manusia sebagai makhluk sosial menjadi semakin sempit, hanya dibatasi oleh komunitas. Sosialisasi antar komunitas juga menjadi renggang, karena setiap pribadi hanya nyaman dalam komunitasya. Lebih jauh lagi, sifat seperti ini akan menimbulkan sikap acuh terhadap lingkungsan sosial mereka secara lebih luas.
Ketiga, persoalan rasionalisasi mengarah pada persoalan ketergantungan manusia yang berlebihan terhadap teknologi. Manusia cenderung dimanjakan oleh segala produk teknologi. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia tidak akan bisa untuk tidak bersentuhan dengan produk teknologi. Ketergantungan ini menjadikan manusia tidak bisa menjalankan aktifitas kehidupannya tanpa memanfaatkan kecanggihan teknologi. Bahkan banyak manusia yang saat ini justru diatur oleh teknologi itu sendiri. Ia menjalani hidup sebagaimana teknologi yang diakses dan digunakan.
Keberadaan teknologi yang terus menelusup ke dalam sendi-sendi kehidupan manusia adalah fakta yang tidak bisa ditolak, karena perkembangan teknologi seirama dengan inovasi dan daya cipta manusia untuk menjawab problem-problem kehidupan. Oleh karena itu dalam menyikapi teknologi ini yang menjadi titik tekan adalah kesiapan manusia itu sendiri.
Apakah manusia siap menggunakan berbagai produk-produk baru teknologi dengan bijaksana, yaitu sebatas kebutuhan dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Ataukah manusia itu sendiri tidak mempunyai kesiapan untuk memanfaatkan teknologi secara tepat guna, sehingga ketika ada produk baru yang datang padanya ia akan menggunakan produk tersebut tanpa didasari pengetahuan. Ia menggunakan teknologi hanya sebatas senang-senang tanpa tujuan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Melihat permasalahan-permasalahan di atas, maka saat ini manusia dihadapkan pada tantangan apakah ia bisa menginovasi, menggunakan dan memanfaatkan teknologi secara manusiawi. Sehingga kehadiran teknologi dapat melahirkan keadilan, kesejahteraan, keharmonisan dan perdamaian hidup antar sesama umat manusia di muka bumi.
Satu kasta terendah dalam distribusi globalisasi teknologi adalah berada pada posisi user/ konsumen pasif, yaitu seseorang yang begitu tergila-gila untuk menikmati produk-produk teknologi guna memenuhi semua hajat hidupnya. Namun ia tidka pernah berfikir untuk membuat atau menciptakan produk teknologi yang berguna bagi kehidupan, dalam benaknya hanya berfikir untuk membeli dan menggunakan saja.
Teknologi adalah sebuah fakta globalisasi yang tak bisa ditolak dan tak terbantahkan. Namun tentunya jangan sampai teknologi justru menumbuhkan aspek-aspek human dignity dan human compassion dalam diri seseorang, yaitu sebuah kondisi dimana seseorang menggunakan atau memanfaatkan teknologi hanya karena gengsi atau hanya karena ingin sama dengan orang lain. Maka ia menggunakan teknologi bukan berdasarkan skala prioritas kebutuhan, namun sekedar upaya-upaya pemenuhan nalam konsumerisme.
Para ahli sosiologi berpendapat bahwa perkembangan teknologi telah melahirkan tripartit problem pokok bagi kemanusiaan. Pertama, teknologi telah melahirkan inequality (kesenjangan), yaitu problem konfliktual antara kelas-kelas sosial, seperti kasta tinggi dan kasta rendah, antara kaya dan miskin, antara yang berkuasa dan yang marginal. Kedua, teknologi telah memunculkan pertanyaan menyangkut cohesion, yakni apakah manusia yang makin otonom bisa membentuk komunitas dan merasa bertanggung jawab satu sama lain atau tidak. Ketiga, teknologi melahirkan problem rationalization, suatu pendekatan rasional terhadap penghimpunan pengetahuan, terhadap barang produksi, kontrol atas hidup industri dan sosial.
Pertama, persoalan kesenjangan nampak sekali dalam bidang industri, permasalah yang muncul dari dampak penggunaan teknologi telah nampak jelas. Banyak pekerjaan yang tadinya dikerjakan manusia kini telah digantikan oleh mesin. Hal ini berdampak langsung pada keberadaan fungsi manusia sebagai salah satu faktor produksi yang dominan. Merumahkan karyawan (PHK) adalah satu gejala yang nyata dari dampak pemakian besar-besaran mesin industri ini.
Dalam bidang sosial, permasalahan yang muncul dari dampak penggunaan teknologi adalah munculnya kelas-kelas masyarakat dalam beragam strata sosial. Kelas-kelas ini dipengaruhi oleh kesanggupan dan kemamuan mereka dalam mengakses dan mengkonsumsi teknologi. Permasalahan seperti ini rentan terhadap konflik horisontal.
Baca juga:
Teknologi dalam Pusaran Peradaban Manusia
Keterpaduan Teknologi dan Pendidikan; Sebuah Metamorfosa Menuju Kemajuan Bangsa
Tiga Alasan Mengapa Guru "Gaptek" Akan Diusir Siswanya Dari Kelas
Kedua, persoalan kohesifitas bisa dilihat pada timbulnya sifat otonom individu-individu. Sifat otonom individu ini mendorong sikap independen eksklusif dalam suatu komunitas. Maka pemaknaan manusia sebagai makhluk sosial menjadi semakin sempit, hanya dibatasi oleh komunitas. Sosialisasi antar komunitas juga menjadi renggang, karena setiap pribadi hanya nyaman dalam komunitasya. Lebih jauh lagi, sifat seperti ini akan menimbulkan sikap acuh terhadap lingkungsan sosial mereka secara lebih luas.
Ketiga, persoalan rasionalisasi mengarah pada persoalan ketergantungan manusia yang berlebihan terhadap teknologi. Manusia cenderung dimanjakan oleh segala produk teknologi. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia tidak akan bisa untuk tidak bersentuhan dengan produk teknologi. Ketergantungan ini menjadikan manusia tidak bisa menjalankan aktifitas kehidupannya tanpa memanfaatkan kecanggihan teknologi. Bahkan banyak manusia yang saat ini justru diatur oleh teknologi itu sendiri. Ia menjalani hidup sebagaimana teknologi yang diakses dan digunakan.
Keberadaan teknologi yang terus menelusup ke dalam sendi-sendi kehidupan manusia adalah fakta yang tidak bisa ditolak, karena perkembangan teknologi seirama dengan inovasi dan daya cipta manusia untuk menjawab problem-problem kehidupan. Oleh karena itu dalam menyikapi teknologi ini yang menjadi titik tekan adalah kesiapan manusia itu sendiri.
Apakah manusia siap menggunakan berbagai produk-produk baru teknologi dengan bijaksana, yaitu sebatas kebutuhan dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Ataukah manusia itu sendiri tidak mempunyai kesiapan untuk memanfaatkan teknologi secara tepat guna, sehingga ketika ada produk baru yang datang padanya ia akan menggunakan produk tersebut tanpa didasari pengetahuan. Ia menggunakan teknologi hanya sebatas senang-senang tanpa tujuan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Melihat permasalahan-permasalahan di atas, maka saat ini manusia dihadapkan pada tantangan apakah ia bisa menginovasi, menggunakan dan memanfaatkan teknologi secara manusiawi. Sehingga kehadiran teknologi dapat melahirkan keadilan, kesejahteraan, keharmonisan dan perdamaian hidup antar sesama umat manusia di muka bumi.
Post a Comment for "Dehumanisasi dan Dampak Perkembangan Teknologi"
Post a Comment