Siasat Guru Membangkitkan Hasrat Belajar Siswa melalui Study Tour
Ketika di sebuah sekolah seorang pendidik dihadapkan dengan sekumpulan peserta didik, disaat itu ia memberi mereka pilihan antara dua pilihan kegiatan, yaitu antara belajar dan bermain, pasti sebagaian besar dari mereka akan memilih untuk bermain. Kenapa sebagaian besar dari mereka memilih opsi bermain ketimbang belajar? Tidak dapat dikatakan salah jika sebagaian besar dari mereka memilih kegiatan bermain dibanding dengan belajar. Bahkan sebagaian dari mereka yang memilih belajar, tetap memiliki keinginan untuk berhenti sejenak agar dapat bermain, yang mereka anggap dapat menghilangkan kejenuhannya. Padahal sesungguhnya tujuan anak disekolah bukan untuk bermain melainkan untuk belajar. Maka sebenarnya bukan hanya dari sisi si anak saja yang dipojokkan agar memiliki hasrat belajar, namun kita juga perlu memberi tekanan kepada sang pendidik yang tidak kalah penting kiranya ia mengetahui cara-cara yang disukai anak untuk belajar. Karena perasaan ingin mempelajari suatu hal akan timbul sesudah timbul perasaan suka terlebih dahalu terhadap hal tersebut.
Tidak dapat dipungkiri sering timbul pertanyaan, bagaimana pendidik tersebut dapat mengarahkan peserta didiknya agar memiliki antusiasme tinggi dalam mengikuti proses belajar? Terlebih mereka juga mengemban tugas dan amanah dari orang tua mereka untuk menimba ilmu di sekolahnya. Pertanyaan tersebut pasti sering muncul baik dari kalangan pendidik, atau bahkan mungkin sebagian dari orang tua peserta didik banyak yang kuwalahan ketika memberi motivasi dan dorongan agar anaknya mimiliki hasrat untuk belajar namun tak kunjung sadar si anak sadar akan pentingnya belajar.
Apabila dilihat dari pandangan ilmu psikologi, setiap manusia memiliki hasrat untuk sering bermain dan mengenal lingkungan di usia kurang lebih sekitar 3-6 tahun. Sebagaian besar dari mereka cenderung lebih tertarik untuk bermain dibandingan dengan belajar. Sebab pada usia-usia selanjutnya sudah saatnya bagi mereka untuk mengeyam pendidikan dan berjerit payah untuk belajar agar mereka dapat menikmati hasil dari kerja kerasnya setelah mereka memasuki di dunia kerja pada nantinya.
Selain itu yang tidak kalah penting yang patut kita ketahui bersama tidak mudah menyampaikan atau mentransfer keilmuan yang dimiliki seorang pendidik kepada anak didiknya. Berbagai macam kendala dan hambatan tidak akan lepas dari proses transfer knowledge tersebut. Sebagai contoh yang sering menjadi kendala ialah seorang peserta didik tersebut telah bosan terlebih dahulu bahkan tidak menyukai pelajaran yang akan dipelajari. Keadaan itulah yang membuat pendidik harus sedikit bingung dan kewalahan bagaimana cara transfer knowledge kepada peserta didik. Beragam teori cara mengajar telah ditemukan oleh para ahli dan pakar pendidikan, namun tidak semuanya bisa diterapkan kedalam kondisi pembelajaran, khususnya pada anak-anak yang dengan notabene masih senang bermain.
Seiring berkembangnya pemikiran di kalangan penikmat ilmu muncul beberapa macam strategi dalam pengajaran dan pembelajaran. Didalamnya mereka berusaha mencetuskan ide-ide untuk memunculkan macam-macam strategi terbaru yang diharapkan dapat menjadi pijakan bagi seorang pendidik dalam mengajar anak didiknya diruang kelas. Diantaranya muncul konsep baru dalam strategi mengajar yang dikenal dengan nama Edutaiment. Konsep Edutainment merupakan suatu strategi mengajar yang didalamnya kurang lebih memadukan antara pendidikan dan hiburan. Nuansa konsep strategi baru dalam pembelajaran tersebut memberikan asumsi bahwa seyogianya dalam kegiatan belajar disuatu kelas seorang peserta didik senang dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran bila mana dalam keadaan tersebut seorang peserta didik merasa nyaman.
Anggapan bahwa sebuah proses pembelajaran yang biasanya dianggap sebagai momok oleh kalangan peserta didik yang merasa bahwa dirinya kurang pandai, sekarang mulai terkikis dengan jalan strategi yang banyak ditawarkan untuk seorang pendidik dalam meng-handle proses pembelajaran dikelas, salah satunya melalui konsep Edutainment. Sekarang hanya tinggal bagaimana cara bagi seorang pendidik menerapkan konsep tersebut dalam pembelajaran. Konsep Edutainment separuh diantaranya diartikan sebagai hiburan, bukan berarti kegiatan belajar harus dilakukan dengan cara yang beraroma hiburan atau permainan. Namun hiburan dalam pengertian konsep belajar tersebut dapat diartikan sebagai pemberian jeda dan relaksasi dalam kegiatan belajar yang tentunya masih dalam koridor berlanjutnya kegiatan belajar. Sebagai contoh diantaranya dengan mengadakan Study Tour bagi peserta didik.
Istilah study tour dapat diartikan dengan pembelajaran rekreasi oleh peserta didik guna mendapatkan ilmu secara langsung atau melalui kegiatan pembelajaran diluar kelas. Kegiatan tersebut tentu mengundang berbagai kesan dan pesan bagi pengalaman belajar seorang peserta didik. Guru dapat memanfaatkannya agar peserta didik tidak merasa jenuh dimana ia selalu mendapatkan pengalaman baru diruang kelasnya. Beberapa manfaat dari study tour dapat dirasakan ketika peserta didik telah masuk kelas dan mengikuti proses pembalajaran seperti biasa. Seorang pendidik dapat menanyakan pengalaman yang telah didapatkan oleh peserta didik seusai mengikuti kegiatan study tour. Dan dari pembelajaran rekreasi tersebut seorang pendidik dapat menjadikan sebagai ajang dalam memberi relaksasi pada peserta didik guna menghapus kejenuhan yang ada dalam benak siswa, sehingga tujuan dari proses pembelajaran lebih mudah dicapai.
Tidak dapat dipungkiri sering timbul pertanyaan, bagaimana pendidik tersebut dapat mengarahkan peserta didiknya agar memiliki antusiasme tinggi dalam mengikuti proses belajar? Terlebih mereka juga mengemban tugas dan amanah dari orang tua mereka untuk menimba ilmu di sekolahnya. Pertanyaan tersebut pasti sering muncul baik dari kalangan pendidik, atau bahkan mungkin sebagian dari orang tua peserta didik banyak yang kuwalahan ketika memberi motivasi dan dorongan agar anaknya mimiliki hasrat untuk belajar namun tak kunjung sadar si anak sadar akan pentingnya belajar.
Apabila dilihat dari pandangan ilmu psikologi, setiap manusia memiliki hasrat untuk sering bermain dan mengenal lingkungan di usia kurang lebih sekitar 3-6 tahun. Sebagaian besar dari mereka cenderung lebih tertarik untuk bermain dibandingan dengan belajar. Sebab pada usia-usia selanjutnya sudah saatnya bagi mereka untuk mengeyam pendidikan dan berjerit payah untuk belajar agar mereka dapat menikmati hasil dari kerja kerasnya setelah mereka memasuki di dunia kerja pada nantinya.
Selain itu yang tidak kalah penting yang patut kita ketahui bersama tidak mudah menyampaikan atau mentransfer keilmuan yang dimiliki seorang pendidik kepada anak didiknya. Berbagai macam kendala dan hambatan tidak akan lepas dari proses transfer knowledge tersebut. Sebagai contoh yang sering menjadi kendala ialah seorang peserta didik tersebut telah bosan terlebih dahulu bahkan tidak menyukai pelajaran yang akan dipelajari. Keadaan itulah yang membuat pendidik harus sedikit bingung dan kewalahan bagaimana cara transfer knowledge kepada peserta didik. Beragam teori cara mengajar telah ditemukan oleh para ahli dan pakar pendidikan, namun tidak semuanya bisa diterapkan kedalam kondisi pembelajaran, khususnya pada anak-anak yang dengan notabene masih senang bermain.
Seiring berkembangnya pemikiran di kalangan penikmat ilmu muncul beberapa macam strategi dalam pengajaran dan pembelajaran. Didalamnya mereka berusaha mencetuskan ide-ide untuk memunculkan macam-macam strategi terbaru yang diharapkan dapat menjadi pijakan bagi seorang pendidik dalam mengajar anak didiknya diruang kelas. Diantaranya muncul konsep baru dalam strategi mengajar yang dikenal dengan nama Edutaiment. Konsep Edutainment merupakan suatu strategi mengajar yang didalamnya kurang lebih memadukan antara pendidikan dan hiburan. Nuansa konsep strategi baru dalam pembelajaran tersebut memberikan asumsi bahwa seyogianya dalam kegiatan belajar disuatu kelas seorang peserta didik senang dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran bila mana dalam keadaan tersebut seorang peserta didik merasa nyaman.
Anggapan bahwa sebuah proses pembelajaran yang biasanya dianggap sebagai momok oleh kalangan peserta didik yang merasa bahwa dirinya kurang pandai, sekarang mulai terkikis dengan jalan strategi yang banyak ditawarkan untuk seorang pendidik dalam meng-handle proses pembelajaran dikelas, salah satunya melalui konsep Edutainment. Sekarang hanya tinggal bagaimana cara bagi seorang pendidik menerapkan konsep tersebut dalam pembelajaran. Konsep Edutainment separuh diantaranya diartikan sebagai hiburan, bukan berarti kegiatan belajar harus dilakukan dengan cara yang beraroma hiburan atau permainan. Namun hiburan dalam pengertian konsep belajar tersebut dapat diartikan sebagai pemberian jeda dan relaksasi dalam kegiatan belajar yang tentunya masih dalam koridor berlanjutnya kegiatan belajar. Sebagai contoh diantaranya dengan mengadakan Study Tour bagi peserta didik.
Istilah study tour dapat diartikan dengan pembelajaran rekreasi oleh peserta didik guna mendapatkan ilmu secara langsung atau melalui kegiatan pembelajaran diluar kelas. Kegiatan tersebut tentu mengundang berbagai kesan dan pesan bagi pengalaman belajar seorang peserta didik. Guru dapat memanfaatkannya agar peserta didik tidak merasa jenuh dimana ia selalu mendapatkan pengalaman baru diruang kelasnya. Beberapa manfaat dari study tour dapat dirasakan ketika peserta didik telah masuk kelas dan mengikuti proses pembalajaran seperti biasa. Seorang pendidik dapat menanyakan pengalaman yang telah didapatkan oleh peserta didik seusai mengikuti kegiatan study tour. Dan dari pembelajaran rekreasi tersebut seorang pendidik dapat menjadikan sebagai ajang dalam memberi relaksasi pada peserta didik guna menghapus kejenuhan yang ada dalam benak siswa, sehingga tujuan dari proses pembelajaran lebih mudah dicapai.
Post a Comment for "Siasat Guru Membangkitkan Hasrat Belajar Siswa melalui Study Tour"
Post a Comment