Masihkan Guru Antipati terhadap teknologi pembelajaran?
Pendidikan merupakan aspek penting dalam keberlangsungan negara. Pendidikan mewujudkan pembangunan sumberdaya manusia secara berkesinambungan. Sebuah negara perlu memperhatikan aspek futuristik kaderisasi dan perbaikan sumberdaya manusia yang berkesinambungan untuk mampu terus bersaing di era global. Disinilah peran sentral sistem pendidikan, mencetak sumberdaya manusia yang mampu memenuhi tantangan global saat ini dan di masa yang akan datang.
Mengingat pentingnya peran yang diemban oleh sistem pendidikan, maka perlu dilakukan upaya perbaikan dan dinamisasi sistem pendidikan untuk menjawab tantangan global. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh sistem pendidikan adalah era globalisasi. Dengan globalisai biasanya dihubungkan dengan teknologi informatika, tetapi guru sebagai salah salah satu dari sistem pendidikan sering kali mengeluhkan adanya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang menurut mereka akan menyusahkan guru dalam pembelajaran.
Adapun kompetensi guru saat ini harus dituntut dengan adanya pemanfaatan media pembelajaran dengan berbasis teknonologi. Seringkali guru malas untuk membuat media dengan bantuan teknologi, para guru lebih baik mengajar dengan biasa-biasa saja dan yang penting ngajar menurut mereka.
Kenapa seperti itu? Salah satunya jawabannya ada di bawah berikut ini.
Salah satunya adalah tidak adanya open mind dalam guru. Open mind adalah sebuah pemikiran terbuka terhadap ide-ide dan hal baru. Open mind merupakan salah satu paradigma yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam upaya mewujudkan professionalisme sebagai tenaga pendidik, khususnya dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi. Open mind merupakan landasan pola pikir dasar yang wajib dimiliki untuk mewujudkan guru profesional yang mau berkembang. Jika guru profesional mau berkembang akan dia harus mempunyai paradigma open mind.
Salah satu penyebab matinya paradigma open mind pada guru adalah hasil dari pendidikan masa lampau yang tertanam pada dirinya sehingga menimbulkan paradigma tertutup. Hal ini membentuk paradigma anti ide baru, memegang teguh budaya turun-temurun yang telah ia pegang tanpa mau merefleksi diri dan berbenah. Ketika seorang guru terkungkung pada paradigma lama, maka semakin lama ia akan tertinggal oleh kemajuan zaman, khususnya dalam bidang teknologi dan informasi. Karena sesungguhnya teknologi ada di lingkungan sekitar kita hidup. Mau tidak mau harus melakukan adaptasi dengan yang namanya sebuah teknologi, baik bidang kesehatan, keseharian maupun bidang pendidikan.
Guru yang berfikiran bahwa tidak ada gunanya untuk menggunakan teknologi dalam pembelajarannya, ia adalah GURU PRA-SEJARAH. Kenapa guru pra-sejarah? Karena guru tersebut belum tahu manfaat yang bisa diberikan oleh teknologi informasi dalam pembeljarannya, ia masih bersikukuh dalam metode pembelajarannya yang dari dulu itu-itu saja tidak ada perkembangannya sama sekali. Guru pra-sejarah masihlah disibukkan dengan dokumen-dokumen kertas yang itu berasal dari tugas-tugas siswanya yang dikumpulkan guru tersebut. Jika guru modern atau bisa juga disebut guru yang mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi informasi, maka tidak ada lagi dokumen-dokumen kertas yang harus ia urus.
Manfaat dari penggunaan teknologi informasi dengan pendidikan atau pengajaran guru ialah guru bisa tidak terbebani dengan tugasnya, karena saat ini bukan lagi zaman teacher centered learning tetapi sekarang zamannya student centered learning, dimana siswa menjadi lebih aktif dalam mencai informasi pembelajran. Pada proses teknologi informasi ini, guru dituntut mampu menjadi fasilitator agar murid mampu menguasai teknologi informasi, mampu mencari sumber belajar dari berbagai data yang relevan dan mendapatkan informatif konstruktif dari internet. Di zaman ini peran guru bergeser menjadi partner atau fasilitator bagi siswanya, jadi lebih mudah bagi guru untuk proses belajar mengajarnya dan tidk merasa dibebani, jika guru tersebut mau berkembang dan menggunakan teknologi informasi dalam dunia pendidikan.
Mengingat pentingnya peran yang diemban oleh sistem pendidikan, maka perlu dilakukan upaya perbaikan dan dinamisasi sistem pendidikan untuk menjawab tantangan global. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh sistem pendidikan adalah era globalisasi. Dengan globalisai biasanya dihubungkan dengan teknologi informatika, tetapi guru sebagai salah salah satu dari sistem pendidikan sering kali mengeluhkan adanya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang menurut mereka akan menyusahkan guru dalam pembelajaran.
Adapun kompetensi guru saat ini harus dituntut dengan adanya pemanfaatan media pembelajaran dengan berbasis teknonologi. Seringkali guru malas untuk membuat media dengan bantuan teknologi, para guru lebih baik mengajar dengan biasa-biasa saja dan yang penting ngajar menurut mereka.
Kenapa seperti itu? Salah satunya jawabannya ada di bawah berikut ini.
Salah satunya adalah tidak adanya open mind dalam guru. Open mind adalah sebuah pemikiran terbuka terhadap ide-ide dan hal baru. Open mind merupakan salah satu paradigma yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam upaya mewujudkan professionalisme sebagai tenaga pendidik, khususnya dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi. Open mind merupakan landasan pola pikir dasar yang wajib dimiliki untuk mewujudkan guru profesional yang mau berkembang. Jika guru profesional mau berkembang akan dia harus mempunyai paradigma open mind.
Salah satu penyebab matinya paradigma open mind pada guru adalah hasil dari pendidikan masa lampau yang tertanam pada dirinya sehingga menimbulkan paradigma tertutup. Hal ini membentuk paradigma anti ide baru, memegang teguh budaya turun-temurun yang telah ia pegang tanpa mau merefleksi diri dan berbenah. Ketika seorang guru terkungkung pada paradigma lama, maka semakin lama ia akan tertinggal oleh kemajuan zaman, khususnya dalam bidang teknologi dan informasi. Karena sesungguhnya teknologi ada di lingkungan sekitar kita hidup. Mau tidak mau harus melakukan adaptasi dengan yang namanya sebuah teknologi, baik bidang kesehatan, keseharian maupun bidang pendidikan.
Guru yang berfikiran bahwa tidak ada gunanya untuk menggunakan teknologi dalam pembelajarannya, ia adalah GURU PRA-SEJARAH. Kenapa guru pra-sejarah? Karena guru tersebut belum tahu manfaat yang bisa diberikan oleh teknologi informasi dalam pembeljarannya, ia masih bersikukuh dalam metode pembelajarannya yang dari dulu itu-itu saja tidak ada perkembangannya sama sekali. Guru pra-sejarah masihlah disibukkan dengan dokumen-dokumen kertas yang itu berasal dari tugas-tugas siswanya yang dikumpulkan guru tersebut. Jika guru modern atau bisa juga disebut guru yang mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi informasi, maka tidak ada lagi dokumen-dokumen kertas yang harus ia urus.
Manfaat dari penggunaan teknologi informasi dengan pendidikan atau pengajaran guru ialah guru bisa tidak terbebani dengan tugasnya, karena saat ini bukan lagi zaman teacher centered learning tetapi sekarang zamannya student centered learning, dimana siswa menjadi lebih aktif dalam mencai informasi pembelajran. Pada proses teknologi informasi ini, guru dituntut mampu menjadi fasilitator agar murid mampu menguasai teknologi informasi, mampu mencari sumber belajar dari berbagai data yang relevan dan mendapatkan informatif konstruktif dari internet. Di zaman ini peran guru bergeser menjadi partner atau fasilitator bagi siswanya, jadi lebih mudah bagi guru untuk proses belajar mengajarnya dan tidk merasa dibebani, jika guru tersebut mau berkembang dan menggunakan teknologi informasi dalam dunia pendidikan.
(Muhammad Mustofa)
Post a Comment for "Masihkan Guru Antipati terhadap teknologi pembelajaran? "
Post a Comment